Dapatkan update harga terbaru KATALOG
06 August 2014
14 November 2013
Puasa Asyura dan Keutamaannya dari Berbagai Sumber
Keutamaan Puasa di Hari
Asyura (10 Muharram)
Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Keutamaan Puasa Asyura
Keutamaan Puasa Asyura Yang Dibarengi Dengan
Hari Lainnya, Puasa Asyura Akan Menghapuskan Dosa Tahun Lalu
Keutamaan Puasa di Bulan Muharram
Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari
hadits ini:
Artikel www.muslim.or.id
Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Hadits yang Pertama
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk
berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadits yang Kedua
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau
menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR.
Muslim)
Hadits yang Ketiga
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai
tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa
pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini
pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun
sebelum serta sesudahnya –pent). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya
seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a
(9 Muharram). Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang
kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.
Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari
sebelum maupun setelah ‘Asyura [1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi
karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan
Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang
Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas
nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan
mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta
membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.
Oleh karena itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
tinggal di Madinah, beliau melihat bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari
‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka
orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah
menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka
dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada
kalian”.
Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan
orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap
para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang yang
paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini
(Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua
orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang
paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut,
dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk
berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi
Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari
kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh
(’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh karena itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang
selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang
paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini
kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama
memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk
menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak
menganggapnya makhruh). [5]
Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah
Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)
CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa
setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:
“Puasalah kalian hari
‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari
sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As
Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad
Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya
(hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang
shahih dengan lafadz:
“Jika aku hidup sampai
tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th.
1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.
“Kalau aku masih hidup
niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari
sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal
Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz
lengkap tersebut.))
[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan
waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d
Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari
Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan
menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)
[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat
no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini
yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian
ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa
sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan
dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,
“Puasalah kalian hari
‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari
sebelumnya atau sehari setelahnya”.
Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits
yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah
jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV.
Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)
[4] (lihat no. 3)
[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
mengatakan,
Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura
saja. (Syarhul Mumthi’ VI)
Wallaahu a’lam.
sumber:
http://al-atsariyyah.com
Puasa
Asyura adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram.
Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu
‘alaihi wasallam- bersabda:
“Seutama-utama puasa
setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat
sesudah shalat fardhu, ialah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma- dia berkata:
“Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam- mendatangi kota Madinah, lalu didapatinya orang-orang Yahudi
berpuasa di hari ‘Asyura. Maka beliau pun bertanya kepada mereka, “Hari apakah
ini, hingga kalian berpuasa?” mereka menjawab, “Hari ini adalah hari yang
agung, hari ketika Allah memenangkan Musa dan Kaumnya, dan menenggelamkan
Fir’aun serta kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari itu untuk menyatakan
syukur, maka kami pun melakukannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa
daripada kalian.” kemudian beliau pun berpuasa dan memerintahkan kaum puasa di
hari itu. (HR.
Al-Bukhari no. 3145, 3649, 4368 dan Muslim no. 1130)
Dari Abu Qatadah Al Anshari -radhiallahu anhu- dia berkata:
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari ‘Asyura`, beliau
menjawab: “Ia akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Dari Ibnu Abbas -radhiallahu anhuma-, ia berkata; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
“Seandainya tahun depan
aku masih hidup, niscaya saya benar-benar akan berpuasa pada hari ke sembilan
(Muharram).” (HR.
Muslim no. 1134)
Penjelasan ringkas:
Perintah beliau kepada para sahabat untuk berpuasa 10 muharram menunjukkan
puasanya ini hukumnya wajib. Akan tetapi setelah ramadhan diwajibkan, puasa inipun
menjadi sunnah, sebagaimana yang diterangkan oleh para ulama.
Hadits Abu Hurairah di atas menunjukkan bahwa puasa muharram merupakan puasa
sunnah yang terbaik dan terutama, dan keutamaannya adalah Allah akan mengampuni
semua dosa setahun yang lalu. Hanya saja yang dimaksud dengan semua dosa di
sini hanyalah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa besar tidak akan diampuni oleh
Allah kecuali dengan taubat dan rahmat dari Allah. Berdasarkan hadits Abu
Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Shalat lima waktu dan
shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadlan berikutnya adalah
penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar.” (HR. Muslim no. 342)
Hadits ini termasuk dalil terbesar yang menunjukkan disyariatkannya mukhalafah
(berbeda) dengan ahli kitab, karena tatkala orang-orang Yahudi juga berpuasa
pada tanggal 10 muharram, Allah Ta’ala melalui lisan Rasul-Nya menurunkan
syariat baru berupa berpuasa pada tanggal 9, dan syariat ini diturunkan semata-mata
agar puasa kaum muslimin berbeda dengan puasa yahudi. Adapun hadits yang
memberikan pilihan untuk berpuasa sehari sebelumnya (tanggal) atau sehari
setelahnya (tanggal 11) maka dia adalah hadits yang lemah. Sehingga puasa hanya
dilakukan pada tanggal 9 dan 10. Lihat keterangannya di:
http://al-atsariyyah.com/?p=565
Hadits ini juga menunjukkan bahwa syariat umat sebelum kita bisa menjadi
syariat kita jika Nabi -alaihishshalatu wassalam- menyetujuinya.
Keterangan lengkap tentang puasa asyura atau muharram bisa dilihat di:
http://al-atsariyyah.com/?p=567
Keutamaan Puasa Asyura Yang Dibarengi Dengan
Hari Lainnya, Puasa Asyura Akan Menghapuskan Dosa Tahun Lalu
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa Asyura, maka beliau
menjawab: “Ia menghapuskan dosa tahun yang lalu.” (HR. Muslim (1162), Ahmad
5/296, 297).
Ibnu Abbas menyatakan : “Saya tidak
pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada suatu hari
karena ingin mengejar keutamaannya selain
hari ini (Asyura’) dan tidak pada suatu bulan selain bulan ini (maksudnya:
Ramadhan).” (HR. al-Bukhari (2006), Muslim (1132)).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Puasa yang paling utama setelah
Ramadhan adalah bulan Allah yang bernama Muharram. (HR. Muslim,1163).
Juga, “Abu Hurairah Radiyallahu Anhu
meriwayatkan Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam bersabda : ” Puasa yang
paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang
salat yang paling utama sesudah salat fardlu adalah salat malam.” HR Muslim II/2611.
Dalam hadits disebutkan bahwa para
sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Wahai
Rasulullah! sesungguhnya Asyura’ itu hari yang diagungkan oleh
orang Yahudi dan Nasrani”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tahun depan insya Allah kita akan puasa (juga) pada hari yang
kesembilan.” (HR. Muslim (1134) dari Ibnu Abbas).
Diperbolehkan untuk puasa hari
Asyura. (hari kesepuluh Muharram) satu hari saja, akan tetapi hal itu menjadi
lebih baik untuk puasa hari sebelumnya atau hari setelahnya juga dan ini adalah Sunnah yang diajarkan Nabi (Salallaahu
`Alaihi wa Sallam) yang bersabda : “Tahun depan insya Allah kita akan puasa
(juga) pada hari yang kesembilan.” (hari Muharam), (Diriwayatkan oleh Imam
Muslim (1134) dari Ibnu Abbas, Imam Ahmad, Ibn Majah, Ibn Abi Syaibah,
At-Tahawi, Al-Baihaqi dan Al-Baghawi]. Ibn ‘ Abbas ( radliyallaahu ‘ anhumaa)
berkata : (bersama dengan hari yang kesepuluh (bulanMuharram).
(“Berpuasalah
pada hari Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi itu, berpuasalah sehari
sebelumnya atau sehari sesudahnya.” (Fathul Bari, 4/245), red)
(Dikutip dari terjemah Fatawa Al
Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Saudi Arabia, Dewan Tetap Arab
Saudi untuk riset-riset Ilmiyah dan Fatwa, Jilid 10 hal 401, No.13700. http://www.fatwa-online.com/
Keutamaan Puasa di Bulan Muharram
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa
yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah
(bulan) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima
waktu) adalah shalat malam.“[1].
Hadits
yang mulia ini menunjukkan dianjurkannya berpuasa pada bulan Muharram, bahkan
puasa di bulan ini lebih utama dibandingkan bulan-bulan lainnya, setelah bulan
Ramadhan[2].
Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari
hadits ini:
·
Puasa yang paling utama dilakukan pada bulan Muharram adalah
puasa ‘Aasyuura’ (puasa
pada tanggal 10 Muharram), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya dan memerintahkan para
sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk melakukannya[3], dan
ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang keutamaannya beliau
bersabda,
“Puasa
ini menggugurkan (dosa-dosa) di tahun yang lalu“[4].
·
Lebih utama lagi jika puasa tanggal 10 Muharram digandengankan
dengan puasa tanggal 9 Muharram, dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi
dan Nashrani, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disampaikan kepada beliau bahwa
tanggal 10 Muharram adalah hari yang diagungkan orang-orang Yahudi dan
Nashrani, maka beliau bersabda,
“Kalau
aku masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram (bersama 10 Muharram).” [5]
·
Adapun hadits,
“Berpuasalah
pada hari ‘Aasyuura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi, berpuasalah sehari
sebelumnya atau sehari sesudahnya.“[6], maka hadits ini lemah
sanadnya dan tidak bisa dijadikan sebagai sandaran dianjurkannya berpuasa pada
tanggal 11 Muharram[7].
·
Sebagian ulama ada yang berpendapat di-makruh-kannya (tidak
disukainya) berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja, karena menyerupai
orang-orang Yahudi, tapi ulama lain membolehkannya meskipun pahalanya tidak
sesempurna jika digandengkan dengan puasa sehari sebelumnya[8].
·
Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan puasa tanggal 10
Muharram adalah karena pada hari itulah Allah Ta’alamenyelamatkan Nabi
Musa álaihis salam dan umatnya, serta menenggelamkan
Fir’aun dan bala tentaranya, maka Nabi Musa ‘alaihis
salam pun
berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukur kepada-Nya, dan ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mendengar
orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu karena alasan ini, maka beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kita
lebih berhak (untuk mengikuti) Nabi Musa ‘alaihis salam daripada mereka“[9].
Kemudian untuk menyelisihi perbuatan orang-orang Yahudi, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menganjurkan
untuk berpuasa tanggal 9 dan 10 Muharram[10].
·
Hadits ini juga menunjukkan bahwa shalat malam adalah shalat
yang paling besar keutamaannya setelah shalat wajib yang lima waktu[11].
***
Penulis: Ustadz Abdullah
Taslim Al Buthoni, M.A.Artikel www.muslim.or.id
13 November 2013
20 Mukjizat Puasa terhadap Kesehatan Manusia
Penulis : Dr. Widodo Judarwanto Sp.A
Berbagai penelitian telah mengungkap adanya mukjizat puasa ditinjau dari perpekstif medis modern. Dalam penelitian ilmiah, tidak ditemukan efek merugikan dari puasa Ramadhan pada jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri.
Penelitian meta analisis atau penelitian terhadap berbagai Abstrak Terkait ini diperoleh dari Medlinedan jurnal lokal di negara-negara Islam 1960-2009. Seratus tiga belas artikel yang memenuhi kriteria untuk pemilihan kertas dikaji secara mendalam untuk mengidentifikasi rincian bahan terkait.
Hasilnya, terdapat manfaat luar biasa dan tidak disangka sebelumnya oleh para ilmuwan tentang adanya mukjizat puasa Ramadhan bagi kesehatan manusia. Meskipun puasa Ramadhan aman untuk semua orang sehat dan beberapa kondisi sakit tertentu, namun dalam keadaan penyakit tertentu seseorang harus berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti rekomendasi ilmiah.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Saat itu, dianggap sebagai bulan yang penuh berkah dan rahmah. Semua umat muslim yang sehat dan sudah akil balik diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh. Meskipun untuk sebagian orang ibadah puasa cukup berat, tetapi terdapat keistimewaan untuk mendapatkan hikmah dari Allah berupa kebahagian, pahala berlipat, dan bahkan suatu muhjizat dalam kesehatan.
Allah berjanji akan memberikan berkah kepada orang yang berpuasa. Seperti ditegaskan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu'aim: "Berpuasalah maka kamu akan sehat." Dengan berpuasa, akan diperoleh manfaat secara biopsikososial berupa sehat jasmani, rohani dan sosial. Rahasia kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa inilah yang menjadi daya tarik ilmuwan untuk meneliti berbagai aspek kesehatan puasa secara psikobiologis, imunopatofisilogis dan biomolekular.
Para pakar nutrisi dunia mendefinisikan puasa atau kelaparan (starvasi) sebagai pantangan mengkonsumsi nutrisi baik secara total atau sebagian dalam jangka panjang atau jangka pendek. Sedangkan konsep puasa dalam Islam secara substansial adalah menahan diri tidak makan, minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat. Sehingga puasa memiliki perbedaan dibandingkan starvasi biasa.
Inilah 20 Mukizat Puasa Terhadap Kesehatan Manusia
1. Keseimbangan anabolisme dan katabolisme
Berbeda dengan kelaparan atau starvasi dalam berbagai bentuk dapat mengganggu kesehatan tubuh. Namun sebaliknya, dalam puasa ramadhan terjadi keseimbangan anabolisme dan katabolisme yang berakibat asam amino dan berbagai zat lainnya membantu peremajaan sel dan komponennya memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari. Cadangan protein yang cukup dalam hati karena asupan nutrisi saat buka dan sahur akan tetap dapat menciptakan kondisi tubuh untuk terus memproduksi protein esensial lainnya seperti albumin, globulin dan fibrinogen. Hal ini tidak terjadi pada starvasi jangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan ramadhan, fungsi hati masih aktif dan baik.
2. Tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah.
Kemudian juga berbeda dengan starvasi, dalam puasa Islam penelitian menunjukkan asam amino teroksidasi dengan pelan dan zat keton tidak meningkat dalam darah sehingga tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah.
3. Tidak berpengaruh pada sel darah manusia
Dalam penelitian, saat puasa tidak berpengaruh pada sel darah manusia & tidak terdapat perbedaan jumlah retikulosit, volume sel darah merah serta rata-rata konsentrasi hemoglobin (MCH, MCHC) dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.
4. Puasa pada penderita diabetes tipe 2 tidak berpengaruh
Puasa ramadhan pada penderita diabetes tipe 2 tidak berpengaruh dan tidak terdapat perbedaan protein gula, protein glikosilat dan hemoglobin glikosilat. Namun pada penderita diabetes tipe tertentu sebaiknya harus berkonsultasi dengan dokter bila hendak berpuasa. Diantaranya adalah penderita diabetes dengan keton meningkat, sedang hamil, usia anak atau komplikasi lain seperti gagal ginjal dan jantung.
5. Pengaruh pada Ibu hamil dan menyusui
Terdapat sebuah penelitian puasa pada ibu hamil, ibu menyusui, dan kelompok tidak hamil dan tidak menyusui di perkampungan Afika Barat. Ternyata dalam penelitian tersebut disimpulkan tidak terdapat perbedaan kadar glukosa serum, asam lemak bebas, trigliserol, keton, beta hidroksi butirat, alanin, insulin, glucagon dan hormon tiroksin.
6. Pengaruh pada janin saat ibu hami berpuasa
Penelitian di Departemen Obstetri dan Ginekologi dari Gaziantep University Hospital, terhadap 36 wanita sehat dengan kehamilan tanpa komplikasi berturut-turut dari 20 minggu atau lebih, yang berpuasa selama bulan Ramadhan untuk mengevaluasi efek Ramadan pada janin, pengukuran Doppler ultrasonografi dalam peningkatan diameter biparietal janin (BPD), peningkatan panjang tulang paha janin (FL), meningkatkan berat badan diperkirakan janin (EFBW), profil biofisik janin (BPP), indeks cairan amnion (AFI), dan rasio arteri umbilikalis sistol / diastol (S / D) rasio.
Kortisol serum ibu, trigliserida, kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein(HDL), very Low density lipoprotein (VLDL), dan LDL / HDL rasio juga dievaluasi sebelum dan sesudah Ramadhan. Hasil penelitian menunjukkan, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua kelompok untuk usia janin, berat badan ibu, perperkiraan kenaikan berat badan janin (EFWG), BPP janin, AFI, dan rasio arteri umbilikalis S / D.
7. Penurunan glukosa dan berat badan
Studi kohort dilakukan pada 81 mahasiswa Universitas Teheran of Medical Sciences saat berpuasa. Dilakukan evaluasi berat badan, indeks massa tubuh (BMI), glukosa, trigliserida (TG), kolesterol, lipoprotein densitas rendah (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan Very Low density lipoprotein (VLDL), sebelum dan sesudah Ramadhan. Studi ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan menyebabkan penurunan glukosa dan berat badan. Meskipun ada penurunan yang signifikan dalam frekuensi makan, peningkatan yang signifikan dalam LDL dan penurunan HDL tercatat pada bulan Ramadhan. Tampaknya efek puasa Ramadhan pada tingkat lipid dalam darah mungkin berkaitan erat dengan pola makan gizi atau respon kelaparan biokimia.
8. Pengaruh pada fungsi kelenjar gondok
Ketika berpuasa ternyata juga terbukti tidak berpengaruh pada fungsi kelenjar gondok manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar plasma tiroksin (TS),tiroksin bebas, tironin triyodium dan hormon perangsang gondok (TSH) pada penderita laki-laki yang berpuasa.
9. Pengaruh pada hormon virgisteron
Sedangkan pada penelitian hormon wanita tidak terjadi gangguan pada hormon virgisteron saat melaksanakan puasa. Tetapi, 80% populasi penelitian menunjukkan penurunan hormon prolaktin. Penelitian ini menunjukkan harapan baru bagi penderita infertilitas atau kemandulan wanita yang disebabkan peningkatan hormon prolaktin. Sehingga saat puasa, wanita tetap berpeluang besar untuk tetap pada kondisi subur.
10. Bermanfaat Bagi Jantung
Beberapa penelitian menyebutkan sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang mencolok saat berpuasa dibandingkan saat tidak berpuasa. Puasa Ramadhan tidak mempengaruhi secara drastis metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Meskipun terjadi peningkatan serum uria dan asam urat sering terjadi saat terjadi dehidrasi ringan saat puasa. Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL dan apoprotein alfa1. Penurunan LDL sendiri ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian "chronobiological" menunjukkan saat puasa Ramadhan berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperan bagi peningkatan kesehatan manusia.
11. Memperbaiki dan merestorasi fungsi dan kinerja sel
Saat puasa terjadi perubahan dan konversi yang masif dalam asam amino yang terakumulasi dari makanan, sebelum didistribusikan dalam tubuh terjadi format ulang. Sehingga, memberikan kesempatan tunas baru sel untuk memperbaiki dan merestorasi fungsi dan kinerjanya. Pola makan saat puasa dapat mensuplai asam lemak dan asam amino penting saat makan sahur dan berbuka. Sehingga terbentuk tunas-tunas protein , lemak, fosfat, kolesterol dan lainnya untuk membangun sel baru dan membersihkan sel lemak yang menggumpal di dalam hati. Jumlah sel yang mati dalam tubuh mencapai 125 juta perdetik, namun yang lahir dan meremaja lebih banyak lagi.
12. Sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin
Penghentian konsumsi air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan memberi perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini berakibat memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya memacu fungsi dan kerja sel darah merah.
13. Dalam keadaan puasa ternyata dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Penelitian menunjukkan saat puasa terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat. Kendati keseluruhan sel darah putih tidak berubah ternyata sel T mengalami kenaikkan pesat. Pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar apo-betta, menaikkan kadar apo-alfa1 dibandingkan sebelum puasa. Kondisi tersebut dapat menjauhkan serangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
14. Penurunan berbagai hormon salah satu rahasia hidup jangka panjang
Penelitian endokrinologi menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam asimilasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penurunan pengeluaran hormon sistem pencernaan dan insulin dalam jumlah besar. Penurunan berbagai hormon tersebut merupakan salah satu rahasia hidup jangka panjang.
15. Bermanfaat dalam pembentukan sperma
Manfaat lain ditunjukan dalam penelitian pada kesuburan laki-laki. Dalam penelitian tersebut dilakukan penelitian pada hormon testoteron, prolaktin, lemotin, dan hormon stimulating folikel (FSH), Ternyata hasil akhir kesimpulan penelitian tersebut puasa bermanfaat dalam pembentukan sperma melalui perubahan hormon hipotalamus-pituatari testicular dan pengaruh kedua testis.
16. Bermanfaat untuk penderita radang persendian (encok) atau rematoid arthritis
Manfaat lain yang perlu penelitian lebih jauh adalah pengaruh puasa pada membaiknya penderita radang persendian (encok) atau rematoid arthritis. Parameter yang diteliti adalah fungsi sel penetral (netrofil) dan progresifitas klinis penderita. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel penetral dalam membasmi bakteri.
17. Memperbaiki hormon testoteron dan performa seksual
Dalam sebuah jurnal endokrin dan metabolisme dilaporkan penelitian puasa dikaitkan dengan hormon dan kemampuan seksual laki-laki. Penelitian tersebut mengamati kadar hormon kejantanan (testoteron), perangsang kantung (FSH) dan lemotin (LH). Terjadi perubahan kadar berbagai hormon tersebut dalam tiap minggu. Dalam tahap awal didapatkan penurunan hormon testoteron yang berakibat penurunan nafsu seksual tetapi tidak menganggu jaringan kesuburan. Namun hanya bersifat sementara karena beberapa hari setelah puasa hormon testoteron dan performa seksual meningkat pesat melebihi sebelumnya
18. Memperbaiki kondisi mental secara bermakna
Seorang peneliti diMoskow melakukan penelitian pada seribu penderita kelainan mental termasuk skizofrenia. Ternyata dengan puasa sekitar 65% terdapat perbaikan kondisi mental yang bermakna. Berbagai penelitian lainnya menunjukkan ternyata puasa Ramadhan juga mengurangi risiko kompilkasi kegemukan, melindungi tubuh dari batu ginjal, meredam gejolak seksual kalangan muda dan penyakit lainnya yang masih banyak lagi.
19. Peningkatan komunikasi psikososial baik dengan Allah dan sesama manusia
Manfaat puasa bagi kehidupan psikososial memegang peranan penting dalam kesehatan manusia. Dalam bulan puasa terjadi peningkatan komunikasi psikososial baik dengan Allah dan sesama manusia. Hubungan psikologis berupa komunikasi dengan Allah akan meningkat pesat, karena puasa adalah bulan penuh berkah. Setiap doa dan ibadah akan berpahala berlipat kali dibandingkan biasanya. Bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah di bulan puasa akan juga meningkatkan komunikasi sosial dengan sesama manusia baik keluarga, saudara dan tetangga akan lebih sering. Berbagai peningkatan ibadah secara langsung akan meningkatkan hubungan dengan Pencipta dan sesamanya ini akan membuat jiwa lebih aman, teduh, senang, gembira, puas serta bahagia.
20. Menurunkan adrenalin
Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.
Berbagai kajian ilmiah melalui penelitian medis telah menunjukkan bahwa ternyata puasa sebulan penuh saat bulan ramadhan bermanfaat sangat luar biasa bagi tubuh manusia. Sebaliknya banyak penelitian menunjukkan bahwa puasa berbeda dengan starvasi biasa, secara umum tidak akan mengganggu tubuh manusia. Dalam mencermati temuan ilmiah tersebut akan lebih diyakini bahwa berkah kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa ternyata bukan sekedar teori dan opini. Manfaat puasa bagi kesehatan sebagian telah terbukti secara ilmiah. Wajar saja, bahwa puasa adalah saat yang paling dinantikan oleh kaum muslim karena memang terbukti secara ilmiah menjanjikan berkah dan mukjizat dalam kesehatan manusia.
Subscribe to:
Posts (Atom)